PERTEMUAN 3

Resume : 3
Mata Kuliah : Sistem Informasi Terpadu

Konsep SCM (Supply Chain Management)

Konsep supply chain
•Adalah suatu sistem yang memungkinkan perpindahan barang dari produsen agar hal-hal seperti keterlambatan penyampaian, salah barang, dsb bisa dikurangi atau tidak terjadi.
•Merupakan konsep baru dalam masalah logistik.

•Konsep lama logistik, yaitu sebagai persoalan intern perusahaan dan pemecahannya diutamakan pada pemecahan intern perusahaan.
•Konsep baru logistik, yaitu dilihat sebagai masalah yang lebih luas sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir, sehingga merupakan mata rantai penyediaan barang

Supply Chain Management (SCM) adalah manajemen dari sebuah jaringan bisnis yang saling terhubung untuk menjadikan suatu produk yang lengkap dan melengkapinya dengan layanan – layanan yang dibutuhkan oleh end customer (Harland, 1996).
SCM adalah desain, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan dari kegiatan – kegiatan supply chain dengan tujuan menciptakan net value, membangun infrastruktur yang kompetitif, meningkatkan logistik di penjuru dunia, mensinkronisasikan pasokan dengan permintaan, dan mengukur kinerja secara global (APICS Dictionary).
SMC adalah sistemik, koordinasi yang strategis dari fungsi – fungsi bisnis tradisional dan taktik di antara fungsi – fungsi bisnis dalam sebuah perusahaan tertentu dan dalam supply chain, yang bertujuan meningkatkan kinerja jangka panjang perusahaan secara individu dan supply chain secara keseluruhan (Mentzer et al, 2001).
SCM adalah integrasi proses bisnis kunci di antara supply chain yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi customer dan stakeholder (Lambert, 2008).
SCM adalah hal yang mencakup perencanaan dan manajemen semua aktivitas dalam pendayagunaan, pengadaan, konversi, dan manajemen logistik. Serta mencakup komponen – komponen krusial dari koordinasi dan kolaborasi dengan mitra kerja, seperti supplier, penengah, penyedia layanan pihak ketiga, dan customer. Secara pokok, SCM mengintegrasi pasokan dan pengelolaan permintaan dalam dan antar perusahaan – perusahaan. Pada saat ini, jaringan bisnis yang terorganisir menyediakan produk dan layanan disebut Extended Enterprises (Council of Supply Chain Management Professionals).
SCM dianggap sama artinya dengan distribusi, sama dengan logistik, yaitu merupakan proses dimana perusahaan memindahkan material, komponen dan produk ke pelanggan dalam jumlah yang tepat, lokasi tepat, dan tepat waktu, sehingga dapat bersaing dengan para kompetitor dalam hal harga maupun kualitas (Fortune Magazine, Artikel Henkoff, 1994).
SCM adalah jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upstream dandownstream dalam proses dan akti-vitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggannya. Misalnya, pabrik pem-buat kemeja adalah merupakan supply chain yang menghubungkanupstream (melalui pengusaha kain kepada pengusaha kapas/serat) dandown-stream (melalui distributor dan retail pada pelanggan akhir). (Martin, 1998).
SCM berhubungan erat dengan aliran manajemen material, informasi, dan finansial dalam suatu jaringan yang terdiri dari supplier, perusahaan, distributor, dan pelanggan. (Stanford Supply Chain Forum (1999) yang dicetuskan oleh Kepala Forum Hau Lee).
SCM merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang (warehouse), dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat, waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan (Simchi Levi et al, 2000).
SCM adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menutur aturan tertentu dalam tempat persediaan agar dalam keadaaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan (Politeknik Negeri Malang 2007:1).
SCM adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan sama, yaitu sebaik mungkin menyelengarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit dan Djokopranoto, Politeknik Negeri Malang 2007:1).
SCM adalah perancangan, desain, dan kontrol arus material dan informasi sepanjang mata rantai dengan tujuan kepuasan konsumen sekarang dan dimasa depan (Schroeder, Politeknik Negeri Malang 2007:1).
SCM adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan (Dr. Ryoichi Watanabe, 2001).
SCM adalah modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut (Yasrin Zabidi, 2001).

Sumber : -----

Pemain Utama dalam Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut 

pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam supply chain:
1. Supplier (chain 1)
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama disini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.
2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3)
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5). Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chaindalam konteks ini sebagai end-user.

Hambatan pada Supply Chain Management (SCM)
SCM merupakan sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu implementasi SCM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi SCM yang semakin menguatkan argument bahwa implementasi SCM memang membutuhkan dukungan berbagai pihak (Chopra & Meindl 2001): 
1. Incerasing Variety of Products. Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada customer (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen.
2. Decreasing Product Life Cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran.
3. Increasingly Demand Customer. Supply chain management berusaha mengatur (manage) peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat mendadak dan bukan produk yang standart (customize).
4. Fragmentation of Supply Chain Ownership. Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini mebuat Supply chain mangement semakin rumit dan kompleks.
5. Globalization. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia.

Sumber : -----

0 komentar:

Posting Komentar